CONTINUE OF ARTICLE TEAM KASIH
KISAH ANGULIMALA
Angulima adalah putra seorang kepala
pendeta di istana Raja Pasenadi dari Kosala. Nama aslinya adalah AHIMSAKA.
Ketika Ahimsaka sudah cukup umur, ia
dikirim ke taxila, sebuah sekolah besar yang terkenal. Ahimsaka sangat pandai
dan patuh kepada gurunya. Oleh karena itu, ia sangat disenangi oleh gurunya
maupun istri gurunya.
Murid-murid yang lain menjadi iri
hati kepadanya. Mereka\ pergi kepada gurunya dan memfitnah Ahimsaka,
"Guru, saya melihat sendiri Ahimsaka melakukan tindakan yang melanggar
susila pada istri guru". Sementara murid yang lain mengatakan, "Guru,
saya juga melihatnya".
Guru Ahimsaka sangat marah sekali
dan berniat untuk membalas Ahimsaka. Untuk itu sang guru menyusun rencana.
Setelah rencana tersusun rapih, Guru Ahimsaka memanggil Ahimsaka dan
memberitahukan kepada muridnya, "Hai Ahimsaka ! Bunuhlah seribu orang
lelaki ataupun perempuan dan setelah itu aku akan mengajarkan pengetahuan yang
tak ternilai".
Ahimsaka adalah murid yang sangat
patuh pada gurunya, dan mulailah dia melakukan pembunuhan.
Setiap orang yang di bunuh oleh
Ahimsaka, jarinya akan dipotong dan dirangkai pada kalung Ahimsaka. Kalung ini
dibuat oleh Ahimsaka dengan maksu agar tidak salah hitung. Karena memakai
kalung jari manusia, maka ia dikenal dengan nama Angulimala dan menjadi
pengacau di daerah itu.
Raja mendengar perihal perbuatan
Angulimala dan raja memerintahkan untuk menangkap pengacau tersebut.
Ibu Angulimala mengetahui rencana
raja, karena kasih sayang yang besar pada anaknya, ia berusaha untuk menolong
anaknya. Ibu Angulimala memasuki hutan tempat Angulimala menunggu korbannya.
Pada saat itu kalung Angulimala telah mencapai 999 jari dan tinggal 1 jari lagi
akan genap menjadi seribu jari.
Pagi-pagi sekali Sang Buddha melihat
Angulimala dengan penglihatan Bathinnya. Jika sang Buddha tidak menolong
Angulimala, maka Angulimala akan membunuh ibunya untuk menggenapkan kalungnya
menjadi 1000 jari. Jika ia membunuh ibunya, maka pasti Angulimala akan masuk
kedalam neraka Avici. Sang Buddha masuk ke hutan, mendahului Ibu Angulimala
untuk menolong agar Angulimala tidak membunuh ibunya.
Didalam hutan, Angulimala sangat
lelah dan mengantuk sekali. Ketika melihat seorang pertapa lewat didepannya,
maka ia sangat senang. Petapa tersebut tidak lain adalah Sang Buddha. Dengan
pedang ditangan, Angulimala mengejar Sang Buddha Gautama. Aneh walaupun
Angulimala berlari dengan kencang, ia tidak dapat menyusul Sang Buddha yang
berjalan dengan tenang.
"O, Bhikku Berhenti !, Berhenti !!!", kata Angulimala.
"Aku telah berhenti, kamulah yang belum berhenti.", kata Sang Buddha.
"O, Bhikku !, mengapa engkau berkata bahwa engkau telah berhenti dan aku belum berhenti ?", tanya Angulimala pada Sang Buddha.
"Aku berkata bahwa Aku telah berhenti, karena Aku telah berhenti menyiksa dan membunuh semua makhluk, dan Aku telah mengembangkan diriku dalam cinta kasih yang universal, kesabaran, dan pengetahuan yang tanpa celah. tetapi Kamu belum berhenti membunuh atau menyiksa makhluk lain dan kamu belum mengembangkan dirimu dalam cinta kasih yang universal dan kesabaran. Karena itu Kamulah Orang yang belum berhenti.", jawab Sang Buddha.
"O, Bhikku Berhenti !, Berhenti !!!", kata Angulimala.
"Aku telah berhenti, kamulah yang belum berhenti.", kata Sang Buddha.
"O, Bhikku !, mengapa engkau berkata bahwa engkau telah berhenti dan aku belum berhenti ?", tanya Angulimala pada Sang Buddha.
"Aku berkata bahwa Aku telah berhenti, karena Aku telah berhenti menyiksa dan membunuh semua makhluk, dan Aku telah mengembangkan diriku dalam cinta kasih yang universal, kesabaran, dan pengetahuan yang tanpa celah. tetapi Kamu belum berhenti membunuh atau menyiksa makhluk lain dan kamu belum mengembangkan dirimu dalam cinta kasih yang universal dan kesabaran. Karena itu Kamulah Orang yang belum berhenti.", jawab Sang Buddha.
Angulimala yang cerdas tersadar dari
perbuatannya, dan Angulimala tahu bahwa Dia sedang diberi wejangan untuk
tersadar dari perbuatan tercelanya. Angulimala yang merasakan kata bijak dari
Sang Buddha, melemparkan senjatanya dan memohon kepada Sang Buddha untuk
menerimanya menjadi Bhikku. Sang Buddha menerimanya menjadi Bhikku.
Ibu Angulimala mencari anaknya
didalam hutan, tetapi dia tidak menemukan anaknya, dan ibu itu lalu kembali
kerumahnya. Ketika raja dan para prajurit mengetahui bahwa Angulima telah
menghentikan perbuatannya dan hidup sebagai Bhikku di Vihara Sang Buddha, Raja
dan pra prajuritnyapun kembali ke istana.
Selama tinggal di Vihara, Angulimala
dengan tekun dan rajin, melatih dirinya dalam meditasi. Dalam waktu yang
singkat Angulimala mencapai tingkat kesucian Arahat.
PAda suatu hari ketika Angulimala
sedang berjalan untuk menerima dana makanan, ia melewati suatu tempat dimana
terjadi pertengkaran antara sekumpulan orang. Orang yang bertengkar tersebut,
saling melempar batu. Beberapa batu mengenai kepala Angulimala dan melukainya.
Dalam keadaan luka parah, Angulimala berjalan menuju pulang ke Vihara menemui
Sang Buddha.
Mengetahui kejadian tersebut, Sang
Buddha berkata,"Angulimala, Kamu telah melepaskan perbuatan, bersabarlah,
saat ini Kamu sedang menerima akibat dari perbuatan-perbuatan jahat yang telah
kamu lakukan. Perbuatan-perbuatan jahat itu bisa menyebabkan penderitaan yang
tak terkira lamanya di neraka."
Tidak lama setelah itu, Bhikkhu
Angulimala meninggal dunia merealisasikan kebebasan akhir ("Parinibbana).
Kemudian ada yang bertanya kepada
Sang Buddha,"Bhante dimanakah Angulimala akan bertumimbal lahir ?"
"Angulimala telah merealisasikan Kebebasan Akhir
("Parinibbana")", jawab Sang Buddha.
"Bhante, apakah mungkin
seseorang yang sudah banyak membunuh anusia dapat mencapai Parinibbana ?",
pertanyaan lanjutan ditujukan kepada Sang Buddha. "Para bikkhu, Agulimala
telah banyak melakukan perbuatan jahat, karena dia tidak memiliki teman-teman
yang baik. Tetapi kemudian, dia menemukan teman-teman yang baik dan dengan
bantuan mereka serta nasehat yang baik, Dia telah dengan Mantap dan
Penuhperhatian melaksanakan Dhamma. Oleh karena itu, perbuatan-perbuatan
jahatnya telah disingkirkan oleh kebaikan (Arahatta Magga)."
Barang Siapa meninggalkan perbuatan
jahat yang pernah dilakukan dengan jalan berbuat Kebajikan, maka ia akan
menerangi dunia ini bagai bulan yang bebas dari awan (syair Dhammapada 173).
KISAH BABI PETA
Suatu ketika saat Bhikkhu Maha
Moggallana Thera berjalan menuruni bukit Gijjhakuta bersama Bhikku Lakkhana
Thera, beliau melihat sesuatu yang menyedihkan, yaitu makhluk peta(setan)
kelaparan dengan wujud babi berbadan manusia. Melihat makhluk tersebut Bhikkhu
Maha Moggallana hanya tersenyum namun tidak berkata sedikitpun. Pada saat tiba
di Vihara Maha Moggallana Thera menghadap sang Buddha dan bercerita tentang
Makhluk peta (makhluk setan) berwujud babi yang mulutnya penuh belatung.
"Muridku Moggallana, Aku juga
melihat makhluk itu, saat Aku baru saja mencapai Ke Buddha-an tetapi aku tidak
mengatakan kepada siapapun, sebab orang-orang mungkin tak akan percaya kepadaKu
sebelum mereka melihat sendiri makhluk peta itu", kata Sang Buddha.
Kemudian Sang Buddha menceritakan
tentang Makhluk peta babi tersebut. Pada masa Buddha Kassapa, Makhluk peta babi
itu adalah seorang Bhikku yang sering membabarkan Dhamma.
Suatu ketika, ia mengunjungi sebuah
vihara yang ditempati oleh dua orang Bhikkhu. Setelah tinggal beberapa lama
bersama dua Bhikkhu tersebut, ia menyadari bahawa ia telah berbuat cukup baik
karena orang-orang menyukainya penjelasannya.
Sebagai seorang Bhikkhu seharusnya
ia tidak melakukan kejahatan. Sifat jahat Bhikkhu tersebut timbul, Ia merasa
akan lebih baik bila ia dapat membuat kedua Bhikkhu tersebut pergi dan vihara
itu menjadi miliknya sendiri.
Maka ia mulai mencoba mengadu domba
mereka, kedua Bhikku tersebut bertengkar dan meninggalkan vihara menuju dua
arah yang berlawanan.
Bhikkhu jahat ini setelah meninggal,
terlahir di neraka Avici, dan menjalani hukuman akibat perbuatannya tersebut.
Setelah itu ia harus menjalani hidup menderita sebagai makhluk peta yang
berwujud babi dengan mulut dipenuhi belatung.
"Seorang Bhikkhu haruslah
tenang dan terkendali baik dalam pikiran, ucapan maupun tindakan.", kata
Sang Buddha.
Kemudian Sang Buddha membabarkan
syair 281 Dhammapada sebagai berikut : "Hendaklah ia menjada ucapan dan
mngendalikan pikiran dengan baik, serta tidak melakukan perbuatan jahat melalui
jasmani. Hendaklah ia memurnikan tiga saluran perbuatan ini. Memenangkan
"JALAN" yang telah dibabarkan oleh Para Suci."
KISAH CINTA KASIH….
Mario seorang bijaksanawan dari desanya pergi ke kota untuk
menasihati dan menjelaskan bagaimana untuk menangani hinaan dan mempertahankan
cinta kasih. Namun, tiba - tiba seorang pemuda kasar yang bernama Bedi berkata
kepada Mario " Anda tidak berhak mengajari orang
lain ! Kamu sama bodohnya dengan orang lain. Kamu bukan apa-apa dan hanya orang
biasa ! Kamu hanya sebatas orang MUNAFIK !" Mario tidak marah akan
hinaan Bedi, melainkan bertanya balik kepada Bedi " Jawablah pertanyaan yang akan saya berikan kepadamu, jika kamu memberi
setangkai mawar kepada pacarmu dan pacarmu tidak mengambilnya. Siapakah pemilik
setangkai mawar itu ?" Bedi terkejut karena Mario tidak marah.
Bedipun menjawab " Pemilik setangkai mawar itu
saya. Karena saya memberikan dan pacarku tidak mengambilnya maka akan kembali
setangkai mawar itu kepadaku. " Mario berkata " Sama sepertinya hal yang kamu lakukan kepadaku, jika kamu
memarahiku dan menghina aku, tetapi aku tidak merasa terhina dan dimarahi
olehmu, maka kemarahanmu dan hinaanmu akan kembali kepadamu. Kamu kemudian
menjadi satu-satunya yang tidak gembira, bukan aku. Semua yang kamu lakukan
akan menyakiti dirimu sendiri. Jika kamu ingin berhenti menyakiti dirimu
sendiri maka kamu harus menyingkirkan kemarahan dan ubahlah menjadi cinta
kasih. Ketika kamu membenci orang lain, diri kamulah yang tidak bahagia.
Ketika kamu mencintai orang lain semua akan gembira." Bedi pun
mendengarkan kata-kata bijak yang dibicarakan oleh Mario. Bedi berkata " Kamu
memang benar, tolong ya ajarin saya untuk belajar makna cinta
kasih."
Dewi Kwan Im (Avalokitesvara
Bodhisattva) adalah Buddha yg menolak masuk
serta menikmati Nirwana dan memilih tinggal di dunia utk membantu krn
masih mendengar tangisan penderitaan manusia.
Saat Beliau hendak memasuki Nirwana,
Dia mendengar tangisan penderitaan dari dunia di bawah. Dengan meninggalkan
tawaran kenikmatan abadi di Nirwana, Beliau kembali ke dunia dan menetap utk
membantu jiwa2 menderita yg butuh pertolongan.
Beribu hormat hamba utk Sang Dewi …
** Membungkuk dalam **
20 Ajaran Welas Asih Dewi Kwan Im
- Jika org lain membuatmu susah, anggaplah itu tumpukan rejeki.
- Mulai hari ini belajarlah menyenangkan hati orang lain.
- Jika kamu merasa pahit dalam hidupmu dgn suatu tujuan, itulah bahagia.
- Lari dan berlarilah utk mengejar hari esok
- Setiap hari kamu sdh harus merasa puas dgn apa yg kamu miliki saat ini.
- Setiapkali ada org memberimu satu kebaikan, kamu harus mengembalikannya sepuluh kali lipat.
- Nilailah kebaikan org lain kepadamu, tetapi hapuskanlah jasa yg pernah kamu berikan pada org lain.
- Dalam keadaan benar kamu difitnah, dipersalahkan dan dihukum, maka kamu akan mendapatkan pahala.
- Dalam keadaan salah kamu dipuji dan dibenarkan, itu merupakan hukuman.
- Orang yg benar kita bela tetapi yg salah kita beri nasehat.
- Jika perbuatan kamu benar, kamu difitnah dan dipersalahkan, tapi kamu menerimanya, maka akan datang kepadamu rezeki yg berlimpah-ruah.
- Jgn selalu melihat / mengecam kesalahan org lain, tetapi selalu melihat diri sendiri itulah kebenaran.
- Orang yg baik diajak bergaul, tetapi yg jahat dikasihani.
- Kalau wajahmu senyum hatimu senang, pasti kamu akan aku terima.
- Dua org saling mengakui kesalahan masing2, maka dua orang itu akan bersahabat sepanjang masa
- Saling salah menyalahkan, maka akan mengakibatkan putus hubungan.
- Kalau kamu rela dan tulus menolong org yg dalam keadaan susah, maka jgn sampai diketahui bahwa kamu sebagai penolongnya.
- Jgn membicarakan sedikitpun kejelekan org lain dibelakangnya, sebab kamu akan dinilai jelek oleh si pendengar.
- Kalau kamu mengetahui seseorang berbuat salah, maka tegurlah langsung dgn kata2 yg lemah lembut hingga orang itu insaf.
- Doa dan sembah sujudmu akan aku terima, apabila kamu bisa sabar dan menuruti jalanku.
Beribu hormat hamba utk Sang Dewi …
SIDHARTA GAOTAMA
Inilah yang patut dikerjakan oleh ia yang tangkas dalam hal yang mengantar ke jalan kedamaian sebagai orang yang cakap, jujur, indah, dinasihati, lemah-lembut, tidak sombong
Sebagaimana seorang ibu mempertaruhkan jiwa melindungi, putra tunggalnya demukianlah terhadap semua mahluk, kembangkan pikiran CINTA KASIH tanpa batas.
CINTA KASIH terhadap mahluk disegenap alam, patut dikembangkan batas dalam batin baik ke arah atas, bawah dan diantaranya, tidak sempit, tanpa kedengkian, tanpa permusuhan selagi berdiri, berjalan atau duduk, ataupun berbaring, sebelum terlelap, sepatutnya ia memusatkan perhatian ini yang disebut sebagai'BEDIAM DALAM BRAHMA'
Ia yang mengembangkan Metta, tak berpandangan salah, teguh dalam sila dan berpengetahuan sempurna dan melenyapkan kesenangan nafsu indria, tak akan lahir dalam rahim lagi.Sebagaimana seorang ibu mempertaruhkan jiwa melindungi, putra tunggalnya demukianlah terhadap semua mahluk, kembangkan pikiran CINTA KASIH tanpa batas.
CINTA KASIH terhadap mahluk disegenap alam, patut dikembangkan batas dalam batin baik ke arah atas, bawah dan diantaranya, tidak sempit, tanpa kedengkian, tanpa permusuhan selagi berdiri, berjalan atau duduk, ataupun berbaring, sebelum terlelap, sepatutnya ia memusatkan perhatian ini yang disebut sebagai'BEDIAM DALAM BRAHMA'
KEMBANGKAN LAH METTA,
METTA SEMPURNA,
SEMPURNA KAN DIRI,
DIRI TENANG,
TENANGKAN HATI,
HATI WELAS ASIH,
WELAS ASIH KEPADA SEMUA MAHLUK HIDUP,
SEMUA MAHLUK HIDUP BERBAHAGIA.
SADHU 3X...